2 Jam Bersama Dik Doank
Kandank Jurank Doank....
Meski memiliki segudang talenta yang membuat namanya cukup dikenal
masyarakat luas sebagai presenter, penyanyi dan pencipta lagu, sosok Dik
Doank terbilang lain dibanding rekan sejawatnya. Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma itulah nama lengkapnya "Hidup
adalah proses, dan proses adalah perubahan, perubahan itulah yg
menandakan kita hidup...bila kita yg hidup, takut akan perubahan,
sesungguhnya kita sudah mati...atau kita tetap hidup, tetapi dalam
kemiskinan jiwa dan hati", Tapi proses metamorfosis semacam itu, bukan tidak memerlukan waktu yang
tidak sedikit. Bahkan Dik mengaku baru tahun 2010 lalu ia banyak
meninggalkan hal-hal duniawi. "Artinya kalau mengerjakan sholat ya
bener-bener sholat. Tugas kita hidup untuk mencari keridhoan Allah.
"Yang penting saat ini berusaha menjadi terbaik untuk keluarga maupun orang lain khususnya mereka yang kurang beruntung," Bapak dari tiga orang anak yaitu Ratta Billa Baggi, Geddi Jaddi
Membummi, dan Putti Kayya Hatti Imanni ini sangat perduli dengan
kehidupan dan lingkungan sosial. Bahkan di tempat tinggalnya, di kawasan
Jurangmangu, Ciputat, Tangerang, suami dari Myrna Yuanita ini
mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu, yang sulit untuk
mendapatkan pendidikan layak.
Sejak tahun 2004, Dik Doank mendirikan "Yayasan Dik Doank". Yayasan ini
menaungi sekolah yang memperkenalkan pendidikan dan mengembangkan bakat
anak-anak. Melalui sekolah ini, Dik Doank juga mencoba memberi bekal
bermain sepak bola kepada anak-anak.
sedikit banyak saya terinspirasi dari sosok orang yang seperti ini, memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. sejak saya bertemu dengan Om dik Doank, saya mulai mencari tahu tentang Dik Doank. sekarang saya mulai tahu banyak tentang Dik Doank. saya selalu merinding jika mendengar perkataan yang keluar dari bibirnya. Dengan rendah hati ia bercerita,
“Gue ngerasa dilahirkan bukan sebagai anak yang cerdas, tapi gue heran
kenapa gue selalu survive”. Hasil perenungannya membuatnya
berkesimpulan bahwa pendidikan formal pada umumnya, ada
ketidakseimbangan antara ilmu yang sifatnya matematis dan sains dengan
pendidikan seni budaya. Ia melihat kecerdasan menghitung tanpa iman
membuat orang selalu berhitung saat memberi atau berbuat untuk orang
lain. “Orang jadi mikir dapat apa, selalu ada pamrih.” Menurutnya,
berbeda dengan orang bodoh tapi imannya baik. Ia tidak akan pernah
berpikir apa imbalannya jika berbuat baik untuk orang lain. “Sikap ini
bisa tumbuh jika sedari kecil orang mendapat pendidikan seni dan
budaya.
Menurut pria kelahiran 21 September
1968 ini, orang yang mengerti tentang keindahan maka ia akan tahu untuk
apa ia melakukan sesuatu, yaitu untuk kemuliaan sang Pencipta. “Tuhan
itu tidak perlu dimuliakan karena Dia sudah Maha Mulia, yang perlu
memuliakan diri adalah kita ini sendiri” tegas om ganteng. Dik Doank memang seniman yang penuh prinsip, filosofinya dalam,
cara mengajarnya mudah dan unik. Semudah dan seunik ia menyingkat
namanya yang panjang cukup dengan panggilan Dik (Doank). Ia tidak
menarik bayaran, syaratnya cuma satu, buang sampah pada tempatnya.
Contoh lain dalam pelajaran menggambar misalnya, ia melarang anak untuk
menghapus. Menurutnya proses perjalanan hidup tidak akan selalu mulus
sehingga kesalahan itu wajar dan bagaimanapun kesalahan adalah
pelajaran terbaik bila kita bisa memperbaiki dengan segala keterbatasan
yang ada
“Buat saya nggak penting ada
negara, buat apa ada negara kalau negara tidak bisa mengadili para
koruptor. Saya tidak cinta Negara ini, tapi saya terlanjur mencintai
bangsa ini. Apa yang saya lakukan ini hanyalah imbas dari seorang hamba
Tuhan yang ingin mendapat kemuliaan dengan memuliakan orang lain”.
Tandas om ganteng mantap.
Pertemuan
singkat singkat dengan Om Ganteng Dik Doank cukup mengesankan bagi saya. Terima
kasih ya Om Ganteng Dik Doank, mudah-mudahan di lain waktu saya bisa menjadi pendengar
lebih lama lagi….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar