Sabtu, 02 Juni 2012

2 Jam Bersama Dik Doank

Kandank Jurank Doank....  

Meski memiliki segudang talenta yang membuat namanya cukup dikenal masyarakat luas sebagai presenter, penyanyi dan pencipta lagu, sosok Dik Doank terbilang lain dibanding rekan sejawatnya. Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma itulah nama lengkapnya "Hidup adalah proses, dan proses adalah perubahan, perubahan itulah yg menandakan kita hidup...bila kita yg hidup, takut akan perubahan, sesungguhnya kita sudah mati...atau kita tetap hidup, tetapi dalam kemiskinan jiwa dan hati", Tapi proses metamorfosis semacam itu, bukan tidak memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bahkan Dik mengaku baru tahun 2010 lalu ia banyak meninggalkan hal-hal duniawi. "Artinya kalau mengerjakan sholat ya bener-bener sholat. Tugas kita hidup untuk mencari keridhoan Allah.

"Yang penting saat ini berusaha menjadi terbaik untuk keluarga maupun orang lain khususnya mereka yang kurang beruntung," Bapak dari tiga orang anak yaitu Ratta Billa Baggi, Geddi Jaddi Membummi, dan Putti Kayya Hatti Imanni ini sangat perduli dengan kehidupan dan lingkungan sosial. Bahkan di tempat tinggalnya, di kawasan Jurangmangu, Ciputat, Tangerang, suami dari Myrna Yuanita ini mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu, yang sulit untuk mendapatkan pendidikan layak. Sejak tahun 2004, Dik Doank mendirikan "Yayasan Dik Doank". Yayasan ini menaungi sekolah yang memperkenalkan pendidikan dan mengembangkan bakat anak-anak. Melalui sekolah ini, Dik Doank juga mencoba memberi bekal bermain sepak bola kepada anak-anak.  

Dik Doank Tidak Cinta Negara Lebih Suka Ada di Nerakasedikit banyak saya terinspirasi dari sosok orang yang seperti ini, memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. sejak saya bertemu dengan Om dik Doank, saya mulai mencari tahu tentang Dik Doank. sekarang saya mulai tahu banyak tentang Dik Doank. saya selalu merinding jika mendengar perkataan yang keluar dari bibirnya. Dengan rendah hati ia bercerita, “Gue ngerasa dilahirkan bukan sebagai anak yang cerdas, tapi gue heran kenapa gue selalu survive”. Hasil perenungannya membuatnya berkesimpulan bahwa pendidikan formal pada umumnya, ada ketidakseimbangan antara ilmu yang sifatnya matematis dan sains dengan pendidikan seni budaya. Ia melihat kecerdasan menghitung tanpa iman membuat orang selalu berhitung saat memberi atau berbuat untuk orang lain. “Orang jadi mikir dapat apa, selalu ada pamrih.” Menurutnya, berbeda dengan orang bodoh tapi imannya baik. Ia tidak akan pernah berpikir apa imbalannya jika berbuat baik untuk orang lain. “Sikap ini bisa tumbuh jika sedari kecil orang mendapat pendidikan seni dan budaya. 

Dik Doank Tidak Cinta Negara Lebih Suka Ada di NerakaMenurut pria kelahiran 21 September 1968 ini, orang yang mengerti tentang keindahan maka ia akan tahu untuk apa ia melakukan sesuatu, yaitu untuk kemuliaan sang Pencipta. “Tuhan itu tidak perlu dimuliakan karena Dia sudah Maha Mulia, yang perlu memuliakan diri adalah kita ini sendiri” tegas om ganteng. Dik Doank memang seniman yang penuh prinsip, filosofinya dalam, cara mengajarnya mudah dan unik. Semudah dan seunik ia menyingkat namanya yang panjang cukup dengan panggilan Dik (Doank). Ia tidak menarik bayaran, syaratnya cuma satu, buang sampah pada tempatnya. Contoh lain dalam pelajaran menggambar misalnya, ia melarang anak untuk menghapus. Menurutnya proses perjalanan hidup tidak akan selalu mulus sehingga kesalahan itu wajar dan bagaimanapun kesalahan adalah pelajaran terbaik bila kita bisa memperbaiki dengan segala keterbatasan yang ada

“Buat saya nggak penting ada negara, buat apa ada negara kalau negara tidak bisa mengadili para koruptor. Saya tidak cinta Negara ini, tapi saya terlanjur mencintai bangsa ini. Apa yang saya lakukan ini hanyalah imbas dari seorang hamba Tuhan yang ingin mendapat kemuliaan dengan memuliakan orang lain”. Tandas om ganteng mantap. 

Pertemuan singkat singkat dengan Om Ganteng Dik Doank cukup mengesankan bagi saya. Terima kasih ya Om Ganteng Dik Doank, mudah-mudahan di lain waktu saya bisa menjadi pendengar lebih lama lagi….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar