BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan
merupakan salah satu fauna khas dari lahan basah. Perairan tawar, payau atau
asin merupakan habitat bagi berbagai spesies ikan. Ikan karang merupakan ikan
yang hidup, berkembang biak dan mencari makan di sekitar karang. Ikan karang
pada umumnya berukuran kecil dan relatif tidak berpindah-pindah dan sebagian
besar merupakan ikan hias. Potensi ikan karang yang melimpah dan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi serta merupakan komoditi ekspor mendorong eksploitasinya
secara besar-besaran, yang dapat mengancam kelestariannya. Meskipun sumberdaya
perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali namun sifatnya yang
terbatas sehingga perlu pengelolaan secara bijaksana, terkendali dan terencana.
Untuk mengelola spesies ini diawali dengan perencanaan, yaitu dengan melakukan identifikasi dan inventarisasinya. Pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan menginventarisasi ikan karang sangat diperlukan bagi pengelola Kawasan Konservasi Perairan Laut (Anonim, 2012).
Untuk mengelola spesies ini diawali dengan perencanaan, yaitu dengan melakukan identifikasi dan inventarisasinya. Pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan menginventarisasi ikan karang sangat diperlukan bagi pengelola Kawasan Konservasi Perairan Laut (Anonim, 2012).
1.2 Tujuan
-
Melakukan
pengamatan terhadap ikan – ikan yang ada di perairan Alang – alang, Karimunjawa
-
Mengetahui
teknik pendataan terhadap ikan dengan metode visual sensus
-
Pengenalan
indikator ikan yang berada di perairan Alang – alang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
Ikan
2.1.1.1 Ikan dan Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan
suatu ekosistem unik perairan tropis dengan tingkat produktifitas dan
keanekaragaman biota yang sangat tinggi. Peranan biofisik ekosistem terumbu
karang sangat beragam, diantaranya sebagai tempat tinggal, tempat berlindung,
tempat mencari makan dan berkembang biak bagi beragam biota laut, disamping
berperan sebagai penahan gelombang dan ombak serta sebagai penghasil sumberdaya
hayati yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan karang adalah salah satunya (Nontji,
A. 1993).
Terumbu karang
mendukung keanekaragaman yang tinggi pada komunitas (gabungan dari beberapa
populasi) ikan karang. Struktur komunitas dapat ditujukan pada struktur biologi
dari suatu komunitas, yang meliputi komposisi jenis, kelimpahan, perubahan
temporal dan hubungan antar spesies dalam suatu komunitas. Terminologi/definisi
ikan karang dimaksudkan pada jenis-jenis ikan yang ditemukan pada terumbu
karang sampai pada kedalaman 100 meter, walaupun mungkin juga terdapat di dalam
habitat yang lainnya disebutkan oleh Lieske dan Myers dalam publikasinya tahun
1994.
Secara umum,
ikan karang akan menyesuaikan pada lingkungannya. Setiap spesies memperlihatkan
preferensii/kecocokan habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor
ketersediaan makanan , tempat berlindung dan variasi parameter fisik. Sejumlah
besar spesies ditemukan pada terumbu karang adalah refleksi langsung dari
besarnya kesempatan yang diberikan habitat (Allen dan Steene, 1996).
Ikan akan
memberikan respons terhadap struktur habitat, yang akan mempengaruhi distribusi
dan kelimpahannya. Oman dan Rajasurya (1998) yang meneliti hal tersebut
menyebutkan bahwa kompleksitas struktur, komposisi serta proporsi penutupan
karang hidup memberikan korelasi positif terhadap komunitas ikan karang
(Nontji, A. 1993).
Secara umum,
interaksi antara ikan karang dengan habitatnya meliputi tiga bentuk utama.
Pertama, adanya hubungan langsung antara struktur terumbu dan tempat
perlindungan. Hal ini akan terlihat jelas pada ikan-ikan yang kecil. Kedua,
adanya interaksi pola makan yang melibatkan beberapa ikan karang dan biota
sesil, termasuk alga. Lebih jauh interaksi ini penting bagi eksistensi karang
yaitu penyedian substrat dasar. Ketiga, adanya suatu interaksi peran yang
melibatkan struktur terumbu dan pola makan dari planktivora dan karnivora yan
berasosiasi dengan terumbu (Nontji, A. 1993).
Para ahli ikan karang , membagi
laut tropis menjadi empat wilayah persebaran ikan karang, wilayah tersebut
adalah : 1) Indo-Pasific, 2) Pasifik bagian timur, 3) Atlantik bagian barat dan
4) Atlantik bagian timur (Nontji, A. 1993).
2.1.1.2 Pengertian Ikan dan Ikan Karang
wilayah yang
paling luas, terbentang dari pantai timur Afrika sampai Pulau Easter. Wilayah
ini kaya akan terumbu karang dan memiliki keanekaragaman ikan karang yang
tinggi. Diperkirakan terdapat sekitar 3000 spesies ikan karang di wilayah
Indo-pasifik (Nybakken, J.W. 1988).
Allen d an Adrim menjelaskan dalam
penelitiannya bahwa kepulauan Indonesia sebagai bagian dari wilayah
Indo-Pasifik memiliki 2057 spesies dalam 113 famili ikan karang atau 39% dari
jumlah ikan karang dunia (Nybakken, J.W. 1988).
Ikan merupakan
vertebrata tertua dan pertama dan termasuk kelompok Chordata (Anonimous, 1988
dalam Institut Pertanian Bogor, 1997). Ikan merupakan hewan bertulang belakang
yang tumbuh dan hidup di dalam air, berdarah dingin, mempunyai insang dan
menggunakan sirip untuk berenang. Dari 13.500 jenis ikan yang menghuni laut
terdapat sekitar 4.000 jenis ikan yang menempati perairan di sekitar terumbu
karang (Lieske and Myers, 1994 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997).
Menurut
definisi Food and Agriculture Organization (FAO), ikan tidak hanya terbatas
pada pengertian ikan yang selama ini dipahami orang awam, yaitu ikan (finfish)
yang bersirip dan bersisik serta dapat berenang dengan bebas di air. Definisi
FAO mengenai ikan adalah organisme laut yag terdiri dari ikan (finfish),
binatang berkulit keras (krustasea) seperti udang dan kepiting, moluska seperti
cumi dan gurita, binatang air lainnya seperti penyu dan paus, rumput laut,
serta lamun laut. Definisi ini telah diadopsi sebagai definisi ikan dalam
konteks perikanan di Indonesia (Nikijuluw, 2002 dalam Tiwow, 2003).
Ikan karang
merupakan sekumpulan ikan yang berada di daerah tropis dan kehidupannya
berkaitan erat dengan terumbu karang (Sale, 1991 dalam Sadewo, 2006). Ikan-ikan
tersebut memanfaatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung
untuk kepentingan hidupnya. Menurut Nybakken (1988), ikan karang merupakan
organisme yang sering dijumpai di ekosistem terumbu karang. Keberadaan mereka
telah menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem paling banyak
dihuni biota air (Nybakken, J.W. 1988).
2.1.1.3 Klasifikasi Ikan Karang
Philum : Chordata
Klas : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Famili : contoh (Lutjanidae)
Genus : Contoh (Lutjanus)
Spesies : Contoh (Lujanus kasmira)
2.1.1.3.1
Pengelompokan
Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari Makan
1
Ikan Nokturnal
(aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dariSuku
Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae.Priacanthidae
(Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae (Jewfish) danbeberapa dari suku dari
Mullidae (goatfishes) dll
2. Ikan
Diurnal
(aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labraidae
(wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes),
Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae (Surgeonfishes), Bleniidae (Blennies),
Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae
(Boxfishes), etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae
(goatfishes)
3. Ikan
Crepuscular
(aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari sukuSphyraenidae
(Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks),Scorpaenidae
(Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae,lamnidae, Spyrnidae
(Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels) (Nybakken, J.W. 1988).
2.1.1.3.2
Pengelompokan
Ikan Karang Berdasarkan Peranannya
1. Ikan
Target
Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga
dengan ikanekonomis penting atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae,
Kyphosidae,Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae (Chelinus,
Himigymnus,choerodon) dan Haemulidae.
2. Ikan
Indikator
Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya
dengankesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae
(kepe-kepe).
3. Ikan
Lain (Mayor Famili)
Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air
laut(Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae
dll) (Nybakken, J.W. 1988).
2.1.1.3.3
Fungsi dan Peranan Ikan Karang
terkait Kebiasaan Makan
Choat dan
Bellwood peneliti terkemuka ikan karang menyebutkan bahwa interaksi yang kuat
antara ikan karang dan terumbu karang sebagai habitat tidak hanya dijelaskan
dari konteks fisik namun juga melalui perilaku makan ikan. Ikan harus makan
untuk dapat bertahan hidup, dan apa yang dimakan oleh ikan karang merupakan
informasi yang penting dalam mempelajari ekologi ikan yang hidup di terumbu
karang. Perilaku makan ikan karang akan memberi pengaruh terhadap
keseluruhan ekosistem terumbu karang dan juga sebaliknya (Purwanti, D.R. 2004).
Memahami
tentang taraf trofik (terkait dengan tipe makanan) ikan karang adalah hal yang
penting dalam mempelajari ikan karang. Perilaku makan pada ikan karang dapat
dibagi dalam tiga bagian yaitu : herbivora, planktivora, dan karnivora. Ketiga
bagian ini mewakili kelompok utama dalam ikan karang (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan herbivora
adalah kelompok yang paling tinggi penyebaran dan kelimpahannya di daerah
terumbu karang. Ikan herbivora terdiri dari sekitar 76 spesies Siganidae, 25
spesies Scaridae, 79 spesies Pomacentridae dan sekitar 159 spesies yang
bersifat omnivora-herbivora (Purwanti, D.R. 2004).
Choat
menyatakan bahwa ikan – ikan herbivora mempunyai tiga peranan penting pada
ekosistem terumbu karang. Pertama, sebagai konsumer dari produsen, herbivora
merupakan penghubung antara aliran energi yang berasal dari produsen ke
konsumen tingkat 2 (karnivora). Kedua, mereka mempengaruhi penyebaran, ukuran,
komposisi dan bahkan pertumbuhan dari tumbuhan di terumbu karang. Komposisi dan
struktur dari tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang digambarkan
melalui konteks aktivitas herbivori. Pemangsaan oleh ikan herbivora (grazing)
secara substansi mengubah alga yang ada di terumbu, dimana hal ini memberika
pengaruh positif maupun negatif pada karang. Ketiga, interaksi antara ikan –
ikan herbivora merupakan alat dalam model demografi dan perilaku ikan
karang secara keseluruhan (Purwanti, D.R. 2004).
Hampir semua
ikan karang merupakan planktivora pada masa larva dan juvenilnya, meskipun ada
yang berganti tipe makanan pada masa dewasanya tergantung adaptasinya . Terumbu
karang mempunyai ikan planktivora yang aktif pada siang (diurnal) dan malam
hari (nokturnal). Ikan yang aktif pada siang hari yaitu Serranidae,
Chaetodontidae, Pomacentridae dan Balistidae, sedangkan yang aktif pada malam
hari yaitu Holocentridae, Priacanthidae dan Apogonidae (Purwanti, D.R. 2004).
Makanan utama
ikan planktivora adalah krustasea kecil kelompok copepoda seperti calanoid dan
cylopoid. Zooplankton ini berukuran terbesar 3 mm dan paling banyak
pada ukuran <1 mm. Proporsi zooplankton dalam jumlah besar ini berasal
dari laut lepas. Ikan planktivora mengkonsumsi plankton yang berasal dari laut
lepas dalam jumlah besar. Hal tersebut memunculkan dugaan bahwa ikan planktivor
merupakan penghubung utama antara terumbu karang dan laut lepas (Purwanti, D.R.
2004).
Paling sedikit
ada tiga jalur yang dilalui energi yang didapat oleh ikan planktivora untuk
kembali ke unsur – unsur lain yang terdapat di terumbu karang. Pertama,
planktivora kemungkinan dimangsa oleh piscivora(pemakan ikan). Kedua,
planktivora menghasilkan feses dalam jumlah besar yang jatuh pada karang
dan dikonsumsi oleh ikan lain juga herbivora dan detritivora. Dan cara yang
ketiga adalah apabila ikan planktivora mengalami kematian (Purwanti, D.R.
2004).
Jenis karnivora
di daerah terumbu karang lebih umum banyak ditemukan dibandingkan dengan jenis
ikan herbivora dan planktivora. Ikan jenis ini biasanya mengkonsumsi
invertebrate bentik karang, seperti halnya crustacea (kepiting, udang, amphipod
dan stomatopod), polychaeta maupun echinodermata (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karnivora
digolongkan menjadi 3 tipe karnivora, yaitu karnivora pemakan ikan lainnya
(piscivora), pemakan invertebrata dan pemakan zoobentos. Diantara tiga tipe
karnivora tersebut, spesies yang spesialis memakan invertebrata dan zoo bentos
terlihat lebih umum di banding piscivora (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karnivora
mempunyai morfologi untuk makan yang bervariasi, mulai dari mulut kecil yang
khusus seperti pada spesies Forceps Butterflyfish (Forcipiger spp) sampai
struktur mulut yang besar seperti pada spesies Scorpionfish (Scorpaenidae),
Kakap (Lutjanidae) dan Kerapu (Seranidae). Karnivora mempunyai peranan penting
dalam siklus energi dimana hal tersebut terkait dengan struktur fisik terumbu,
pola makan ikan dan siklus nutrient (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karang dan
berbagai biota lainnya bersama-sama menciptakan suatu keseimbangan dalam
ekosistem terumbu karang. Menjamin keindahan di laut ini tetap terjaga untuk
masa yang akan datang. Terutama dengan semakin meningkatnya ancaman terhadap kelestarian
ekosistem ini (Purwanti, D.R. 2004).
2.1.1.4
Teknik
Identifikasi Ikan Karang Secara Visual Sensus
Penelitian
tentang estimasi kuantitatif ikan-ikan yang di ada lautan khususnya di daerah
terumbu karang telah dilakukan selama bertahun-tahun di Great Barrier Reef
(GBR) yang sebagian besar menggunakan sensus visual, dan saat ini juga
dilakukan di Indonesia. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Australian
Institute of Marine Science (AIMS) dan Great Barrier Reef Marine Park Authority
(GBRMPA). Metode yang digunakan dalam pengamatan ikan terumbu merupakan metode
yang telah mengalami perubahan-perubahan yang dihasilkan selama dua kali
workshop tentang penaksiran ikan terumbu dan pemantauan (monitoring)
pada tahun 1978 dan 1979. Teknik visual sensus pada waktu itu dilaksanakan dan
dikembangkan dengan sangat berhasil dengan diadopsi dari the Long-term
Monitoring Program (LTMP) untuk survey populasi ikan karang
(Purwanti, D.R. 2004).
Teknik Sensus
Visual untuk mengestimasi populasi ikan terumbu ini menunjukkan hasil yang
relatif akurat dan dengan biaya yang efisien. Teknik ini ideal digunakan untuk
memantau kelimpahan ikan terumbu sehingga bisa diketahui tingkat komunitas ikan
tanpa merusak ekosistem terumbu karang. Teknik ini juga sudah diadopsi
oleh berbagai lembaga atau perguruan tinggi dalam memantau kondisi populasi
ikan-ikan di terumbu karang. Misalnya yang diterapkan oleh Fisheries Diving
Club Institut Pertanian Bogor (FDC-IPB) dan Yayasan Terumbu Karang Indonesia
(TERANGI) dalam memonitoring kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan
Seribu (Purwanti, D.R. 2004).
Metode visual
sensus dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi dari transek menyinggung (Line
intercept transect), dan transek quadrat (quadrat transect).
Dengan bentuk pengamatan yang sederhana, metode visual sensus dilakukan oleh observer
yang dilengkapi dengan alat SCUBA dan menaksir kelimpahan ikan di area
yang telah ditentukan (di dalam jangkauan transek). Namun, kelemahan dari
sensus visual adalah adanya kemungkinan perbedaan antara observer satu dengan
yang lain dalam perhitungan ikan, yang disebabkan oleh sifat ikan yang dinamis
dan kompleksnya habitat yang ditempati. Selain itu, bias dari observer dalam
menentukan jenis ikan di dalam air. Oleh karena itu, dalam pengambilan data
sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang dapat digunakan sebagai perbandingan,
atau menggunakan satu orang pendata dalam satu wilayah pengamatan secara
konsisten (Purwanti, D.R. 2004).
Beberapa pertimbangan dan
langkah umum dalam survei visual ikan di terumbu karang adalah
1. Pemilihan
rancangan sampling sangat ditentukan oleh lokasi penelitian dan tujuan dari
pencatatan data ikan terumbu itu dilakukan. Pemilihan lokasi merupakan faktor
yang sangat penting dilakukan sebelum dilakukannya pengamatan karena dapat
menentukan dalam pemakaian salah satu metode pendataan ikan, misalnya pendataan
dilakukan di rataan terumbu (reef flat), tubiran (reef crest)
atau lereng terumbu (reef slope) akan memerlukan penyesuaian metode
pada masing-masing daerah tersebut.
2. Proses
pendataan yang melibatkan 2 orang atau lebih yang diperlengkapi dengan 2 set
lengkap alat SCUBA, sabak (papan/ kertas untuk tempat menulis dalam air),
pensil, data sheet, dan roll meter (50 m atau 100 m).
3. Proses
identifikasi ikan, manajemen data dan analisa data ikan yang disesuaikan dengan
tujuan survei penelitian.
BAB 3 MATERI DAN
METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Tanggal : 18 Juni 2012
Waktu : 08.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Alang – Alang, Karimunjawa -
Indonesia
3.2 Materi
3.2.1
Alat dan Bahan
Nama
Alat
|
Gambar
|
Kegunaan
|
Skin Dive
|
Merupakan alat Bantu yang
digunan dalam penyelaman agar dapat dengan mudah mengidentifikasi ikan
|
|
Papan Jalan
|
Sebagai alat bantu untuk menulis di
dalam air
|
|
Kertas Tahan Air
|
Sebagai alat untuk menulis di dalam air
|
|
Pensil
|
Sebagai alat bantu untuk menulis di
dalam air
|
|
Roll Meter
|
Alat yang digunakan untuk membuat
transek
|
|
Buku Identifikasi Ikan Karang
|
Sebagai patokan dalam indentifikasi ikan
karang
|
3.3 Metode
a. Pengamat
pertama memasang transek sepanjang 50 meter dalam posisi lurus dan datar (tidak
turun naik mengikuti garis kontur permukaan terumbu karang). Pemasangan garis
transek ini dilakukan pada kedalaman 3 meter dan 10 meter dengan masing-masing
kedalaman dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
b. Daerah
yang diamati adalah sepanjang garis transek yang panjangnya 50 m dengan lebar
masing – masing 5 m di kanan dan kiri transek. Total daerah yang diamati adalah
500 m2 (50 m x 10 m) untuk setiap transek.
c. Pengamatan
dilakukan 15 – 20 menit setelah garis transek terpasang untuk memberikan kesempatan
ikan karang kembali ke keadaan semula.
d. Kegiatan
yang dilakukan adalah menghitung jumlah ikan yang berada di dalam daerah yang
diamati (lihat point b). Pencatatan ditulis pada lembar kertas sensus yang
telah disediakan.
e. Ikan
yang besar jumlahnya, tetapi pada umumnya berukuran kecil dimasukkan ke major
spesies. Untuk jenis ini dilakukan estimasi kelimpahan secara kumulatif yakni
dengan menggunakan angka estimasi
f. Penyelaman
pendahuluan sangat dianjurkan agar pengamat dapat menyiapkan daftar jenis ikan
karang yang ada di lokasi tersebut. Cara ini dapat menghemat waktu bagi
pengamat selama berada di bawah air.
BAB 4 HASIL
4.1.2 Ikan Karang
-
Pendataan Transek II
Titik Kordinat
|
S : 050 50’ 19,5
E : 110 25’ 07,90
|
Suhu
|
30,60C
|
DO
|
4,6 mg/l
|
Kecerahan
|
0 – 5 m
|
No
|
Nama
Ikan
|
Panjang
Transek (m)
|
|||
0-20
|
25-45
|
50-70
|
75-95
|
||
1
|
Butterfly Fish
|
IIII
|
III
|
IIII
|
II
|
2
|
Sweetlips
|
-
|
-
|
-
|
IIII
|
3
|
Grouper
|
-
|
-
|
-
|
IIII I
|
4
|
Parrot Fish
|
III
|
-
|
IIII II
|
-
|
5
|
Baramudi Cod
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
Grafik Pada Pendataan Transek II
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.2 Ikan Karang
Kondisi dan kemampuan substrat dalam
menyediakan makanan serta tempat perlindungan untuk kebutuhan ikan diduga
menjadi penentu komposisi jenis. Substrat karang hidup mempunyai komposisi
jenis ikan karang yang paling tinggi. Substrat karang hidup merupakan tempat tinggal merupakan tempat
tinggal yang ideal bagi ikan karang
berkaitan erat dengan komplesitas substrat, ketersediaan makanan, arus dan
kualitas air, pemaparan terhadap gelombang, ketersediaan tempat berlindung dan
dan penutupan terumbu karang. Ikan perenang cepat seperti family Caesionidae
lebih banyak ditemukan di lokasi berarus karena family ini memang pemakan
plankton yang dibawa oleh arus sehingga ikan ini memiliki kecepatan berenang
untuk melawan arus.
Family Labridae merupakan family
yang juga banyak ditemukandi substrat karang hidup. Jenis ikan family Labridae
banyak menemukan makanan di substrat karang yang sudah mati yang banyak
terdapat zoobenthos. Famili lain yang banyak di temukan di karang hidup yaitu
Chaetodontidae. Chaetodontidae merupakan ikan pemakan koralit karang sehingga
banyak ditemukan di lokasi karang hidup. Chaetodontidae berada di substrat
karang hidup lebih banyak karena makanan dibandingkan dengan tempat perlindungan.
Berbeda dengan dengan Pomacentridae yang masih bergantung pada terumbu karang
sebagai tempat berlindung.
Ikan karang dalam family Pomacentridae yang secara umum
berukuran kecil hidup dalam teoriti sangat bergantung pada substrat yang ada.
Ikan bertipe herbivora juga beberapa kali di temukan seperti family Siganidae
dimana ikan ini banyak ditemukan di
lokasi karang yang telah mati dan banyak ditumbuhi algae.
Dari
pendataan yang dilakukan di perairan Alang-Alang Karimunjawa, presentasi jumlah ikan karang yang paling
banyak melintas di perairan tersebut adalah ikan jenis Butterfly fish baik itu
pada pendataan ikan pertama maupun pendataan ikan kedua. Sedangkan jenis ikan
yang jumlahnya hamper tidak ada melintas di daerah tersebut adalah ikan jenis
Barramundi Cod. Ikan jenis Butterfly fish banyak ditemukan di perairan tersebut
itu dikarenakan adanya faktor komplesitas substrat, ketersediaan makanan, arus
dan kualitas air, pemaparan terhadap gelombang, ketersediaan tempat berlindung
dan dan penutupan terumbu karang, khususnya ikan – ikan yang hidup di daerah
karang.
Pendataam
ikan karang yang ada di perairan Alan tidak hanya menghasilkan jenis ikan
karang terapi juga dilakukan untuk menghitung kelimpahan ikan karang.
Kelimpahan ikan karang dihitung untuk mengetahui seberapa banyak ikan karang
yang terdapat dalam lokasi penelitian..Selain itu kondisi pemaparan terhadap
gelombang, dapat mendukung tempat berlindungnya ikan-ikan karang dari gelombang
yang datang, sehingga kemampuan ikan untuk bertahan di daerah peraitan tersebut
semakin meningkat. Dengan demikian faktor lingkungan yang telah disebutkan tadi
dapat disimpulkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan ataupun
kelimpahan ikan karang yang ada di perairan Alang-Alang Karimunjawa.
BAB 6 KESIMPULAN
-
Jumlah ikan yang berhasil ditemukan dan
diidentifikasi di perairan Alang – alang karimunjawa sebanyak 36 Jenis dari 4
Family
-
Family dengan anggota terbanyak ditemukan pada
family Butterfly Fish (Ikan Indikator), dan Ikan Baramudi cod tidak ditemukan
di perairan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pengantar Ekologis.
Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, D.G. Bengen, H. Malikusworo dan Sukristijono.
PT. Gramedia. Jakarta.
Purwanti, D.R. 2004. Dinamika Struktur Komunitas Ikan Karang
Pada Pagi, Siang dan Sore Hari di Perairan Pulau Payung Kepulauan Seribu.
Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.
http://www.goblue.or.id/mengenal-komunitas-ikan-karang-1 (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012
pkl 20:52 WIB)
http://soegijono-dikhutan.blogspot.com/2007/11/bahan-ajar-ikan-karang.html (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012
pkl 20:52 WIB)
http://netsains.net/2010/03/yuk-menghitung-ikan-di-laut/ (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012
pkl 20:44 WIB)
http://www.slideshare.net/terangi2011/teknik-identifikasi-ikan-karang-secara-visual (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012
pkl 20:30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar