Rabu, 04 Juli 2012

Ikan Karang


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu fauna khas dari lahan basah. Perairan tawar, payau atau asin merupakan habitat bagi berbagai spesies ikan. Ikan karang merupakan ikan yang hidup, berkembang biak dan mencari makan di sekitar karang. Ikan karang pada umumnya berukuran kecil dan relatif tidak berpindah-pindah dan sebagian besar merupakan ikan hias. Potensi ikan karang yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta merupakan komoditi ekspor mendorong eksploitasinya secara besar-besaran, yang dapat mengancam kelestariannya. Meskipun sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali namun sifatnya yang terbatas sehingga perlu pengelolaan secara bijaksana, terkendali dan terencana.
Untuk mengelola spesies ini diawali dengan perencanaan, yaitu dengan melakukan identifikasi dan inventarisasinya. Pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan menginventarisasi ikan karang sangat diperlukan bagi pengelola Kawasan Konservasi Perairan Laut (Anonim, 2012).
1.2 Tujuan
-        Melakukan pengamatan terhadap ikan – ikan yang ada di perairan Alang – alang, Karimunjawa
-        Mengetahui teknik pendataan terhadap ikan dengan metode visual sensus
-        Pengenalan indikator ikan yang berada di perairan Alang – alang





BAB 2  TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Ikan
2.1.1.1  Ikan dan Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem unik perairan tropis dengan tingkat produktifitas dan keanekaragaman biota yang sangat tinggi. Peranan biofisik ekosistem terumbu karang sangat beragam, diantaranya sebagai tempat tinggal, tempat berlindung, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi beragam biota laut, disamping berperan sebagai penahan gelombang dan ombak serta sebagai penghasil sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan karang adalah salah satunya (Nontji, A. 1993).
Terumbu karang mendukung keanekaragaman yang tinggi pada komunitas (gabungan dari beberapa populasi) ikan karang. Struktur komunitas dapat ditujukan pada struktur biologi dari suatu komunitas, yang meliputi komposisi jenis, kelimpahan, perubahan temporal dan hubungan antar spesies dalam suatu komunitas. Terminologi/definisi ikan karang dimaksudkan pada jenis-jenis ikan yang ditemukan pada terumbu karang sampai pada kedalaman 100 meter, walaupun mungkin juga terdapat di dalam habitat yang lainnya disebutkan oleh Lieske dan Myers dalam publikasinya tahun 1994.
Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan pada lingkungannya. Setiap spesies memperlihatkan preferensii/kecocokan habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor ketersediaan makanan , tempat berlindung dan variasi parameter fisik. Sejumlah besar spesies ditemukan pada terumbu karang adalah refleksi langsung dari besarnya kesempatan yang diberikan habitat (Allen dan Steene, 1996).
Ikan akan memberikan respons terhadap struktur habitat, yang akan mempengaruhi distribusi dan kelimpahannya. Oman dan Rajasurya (1998) yang meneliti hal tersebut menyebutkan bahwa kompleksitas struktur, komposisi serta proporsi penutupan karang hidup memberikan korelasi positif terhadap komunitas ikan karang (Nontji, A. 1993).
Secara umum, interaksi antara ikan karang dengan habitatnya meliputi tiga bentuk utama. Pertama, adanya hubungan langsung antara struktur terumbu dan tempat perlindungan. Hal ini akan terlihat jelas pada ikan-ikan yang kecil. Kedua, adanya interaksi pola makan yang melibatkan beberapa ikan karang dan biota sesil, termasuk alga. Lebih jauh interaksi ini penting bagi eksistensi karang yaitu penyedian substrat dasar. Ketiga, adanya suatu interaksi peran yang melibatkan struktur terumbu dan pola makan dari planktivora dan karnivora yan berasosiasi dengan terumbu (Nontji, A. 1993).
Para ahli ikan karang , membagi laut tropis menjadi empat wilayah persebaran ikan karang, wilayah tersebut adalah : 1) Indo-Pasific, 2) Pasifik bagian timur, 3) Atlantik bagian barat dan 4) Atlantik bagian timur (Nontji, A. 1993).
2.1.1.2 Pengertian Ikan dan Ikan Karang
wilayah yang paling luas, terbentang dari pantai timur Afrika sampai Pulau Easter. Wilayah ini kaya akan terumbu karang dan memiliki keanekaragaman ikan karang yang tinggi. Diperkirakan terdapat sekitar 3000 spesies ikan karang di wilayah Indo-pasifik (Nybakken, J.W. 1988).
Allen d            an Adrim menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kepulauan Indonesia sebagai  bagian dari wilayah Indo-Pasifik memiliki 2057 spesies dalam 113 famili ikan karang atau 39% dari jumlah ikan karang dunia (Nybakken, J.W. 1988).
Ikan merupakan vertebrata tertua dan pertama dan termasuk kelompok Chordata (Anonimous, 1988 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997). Ikan merupakan hewan bertulang belakang yang tumbuh dan hidup di dalam air, berdarah dingin, mempunyai insang dan menggunakan sirip untuk berenang. Dari 13.500 jenis ikan yang menghuni laut terdapat sekitar 4.000 jenis ikan yang menempati perairan di sekitar terumbu karang (Lieske and Myers, 1994 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997).
Menurut definisi Food and Agriculture Organization (FAO), ikan tidak hanya terbatas pada pengertian ikan yang selama ini dipahami orang awam, yaitu ikan (finfish) yang bersirip dan bersisik serta dapat berenang dengan bebas di air. Definisi FAO mengenai ikan adalah organisme laut yag terdiri dari ikan (finfish), binatang berkulit keras (krustasea) seperti udang dan kepiting, moluska seperti cumi dan gurita, binatang air lainnya seperti penyu dan paus, rumput laut, serta lamun laut. Definisi ini telah diadopsi sebagai definisi ikan dalam konteks perikanan di Indonesia (Nikijuluw, 2002 dalam Tiwow, 2003).
Ikan karang merupakan sekumpulan ikan yang berada di daerah tropis dan kehidupannya berkaitan erat dengan terumbu karang (Sale, 1991 dalam Sadewo, 2006). Ikan-ikan tersebut memanfaatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya. Menurut Nybakken (1988), ikan karang merupakan organisme yang sering dijumpai di ekosistem terumbu karang. Keberadaan mereka telah menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem paling banyak dihuni biota air (Nybakken, J.W. 1988).
2.1.1.3 Klasifikasi Ikan Karang
Philum             : Chordata
Klas                 : Osteichthyes
Ordo                : Perciformes
Famili              : contoh (Lutjanidae)
Genus              : Contoh (Lutjanus)
Spesies            : Contoh (Lujanus kasmira)


2.1.1.3.1        Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari Makan
1        Ikan Nokturnal
(aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dariSuku Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae.Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae (Jewfish) danbeberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll
2.      Ikan Diurnal
(aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae (Surgeonfishes), Bleniidae (Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae (Boxfishes), etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae (goatfishes)
3.      Ikan Crepuscular
(aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari sukuSphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks),Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae,lamnidae, Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels) (Nybakken, J.W. 1988).

2.1.1.3.2     Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya
1.      Ikan Target 
Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikanekonomis penting atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae,Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae (Chelinus, Himigymnus,choerodon) dan Haemulidae.
2.      Ikan Indikator
Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengankesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).
3.      Ikan Lain (Mayor Famili)
Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut(Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae dll) (Nybakken, J.W. 1988).

2.1.1.3.3        Fungsi dan Peranan Ikan Karang terkait Kebiasaan Makan
Choat dan Bellwood peneliti terkemuka ikan karang menyebutkan bahwa interaksi yang kuat antara ikan karang dan terumbu karang sebagai habitat tidak hanya dijelaskan dari konteks fisik namun juga melalui perilaku makan ikan. Ikan harus makan untuk dapat bertahan hidup, dan apa yang dimakan oleh ikan karang merupakan informasi yang penting dalam mempelajari ekologi ikan yang hidup di terumbu karang. Perilaku makan  ikan karang akan memberi pengaruh terhadap keseluruhan ekosistem terumbu karang dan juga sebaliknya (Purwanti, D.R. 2004).
Memahami tentang taraf trofik (terkait dengan tipe makanan) ikan karang adalah hal yang penting dalam mempelajari ikan karang. Perilaku makan pada ikan karang dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu : herbivora, planktivora, dan karnivora. Ketiga bagian ini mewakili kelompok utama dalam ikan karang (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan herbivora adalah kelompok yang paling tinggi penyebaran dan kelimpahannya di daerah terumbu karang. Ikan herbivora terdiri dari sekitar 76 spesies Siganidae, 25 spesies Scaridae, 79 spesies Pomacentridae dan sekitar 159 spesies yang bersifat omnivora-herbivora (Purwanti, D.R. 2004).
Choat menyatakan bahwa ikan – ikan herbivora mempunyai tiga peranan penting pada ekosistem terumbu karang. Pertama, sebagai konsumer dari produsen, herbivora merupakan penghubung antara aliran energi yang berasal dari produsen ke konsumen tingkat 2 (karnivora). Kedua, mereka mempengaruhi penyebaran, ukuran, komposisi dan bahkan pertumbuhan dari tumbuhan di terumbu karang. Komposisi dan struktur dari tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang digambarkan melalui konteks aktivitas herbivori. Pemangsaan oleh ikan herbivora (grazing) secara substansi mengubah alga yang ada di terumbu, dimana hal ini memberika pengaruh positif maupun negatif pada karang. Ketiga, interaksi antara ikan – ikan herbivora merupakan  alat dalam model demografi dan perilaku ikan karang secara keseluruhan (Purwanti, D.R. 2004).
Hampir semua ikan karang merupakan planktivora pada masa larva dan juvenilnya, meskipun ada yang berganti tipe makanan pada masa dewasanya tergantung adaptasinya . Terumbu karang mempunyai ikan planktivora yang aktif pada siang (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Ikan yang aktif pada siang hari yaitu Serranidae, Chaetodontidae, Pomacentridae dan Balistidae, sedangkan yang aktif pada malam hari yaitu Holocentridae, Priacanthidae dan Apogonidae (Purwanti, D.R. 2004).
Makanan utama ikan planktivora adalah krustasea kecil kelompok copepoda seperti calanoid dan cylopoid. Zooplankton  ini berukuran terbesar 3 mm  dan paling banyak pada ukuran <1 mm. Proporsi  zooplankton dalam jumlah besar ini berasal dari laut lepas. Ikan planktivora mengkonsumsi plankton yang berasal dari laut lepas dalam jumlah besar. Hal tersebut memunculkan dugaan bahwa ikan planktivor merupakan penghubung utama antara terumbu karang dan laut lepas (Purwanti, D.R. 2004).
Paling sedikit ada tiga jalur yang dilalui energi yang didapat oleh ikan planktivora untuk kembali ke unsur – unsur  lain yang terdapat di terumbu karang. Pertama, planktivora kemungkinan dimangsa oleh piscivora(pemakan ikan). Kedua, planktivora menghasilkan feses dalam jumlah besar  yang jatuh pada karang dan dikonsumsi oleh ikan lain juga herbivora dan detritivora. Dan cara yang ketiga adalah apabila ikan planktivora mengalami kematian (Purwanti, D.R. 2004).
Jenis karnivora di daerah terumbu karang lebih umum banyak ditemukan dibandingkan dengan jenis ikan herbivora dan planktivora. Ikan jenis ini biasanya mengkonsumsi invertebrate bentik karang, seperti halnya crustacea (kepiting, udang, amphipod dan stomatopod), polychaeta maupun echinodermata (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karnivora digolongkan menjadi 3 tipe karnivora, yaitu karnivora pemakan ikan lainnya (piscivora), pemakan invertebrata dan pemakan zoobentos. Diantara tiga tipe karnivora tersebut, spesies yang spesialis memakan invertebrata dan zoo bentos terlihat lebih umum di banding piscivora (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karnivora mempunyai morfologi untuk makan yang bervariasi, mulai dari mulut kecil yang khusus seperti pada spesies Forceps Butterflyfish (Forcipiger spp) sampai struktur mulut yang besar seperti pada spesies Scorpionfish (Scorpaenidae), Kakap (Lutjanidae) dan Kerapu (Seranidae). Karnivora mempunyai peranan penting dalam siklus energi dimana hal tersebut terkait dengan struktur fisik terumbu, pola makan ikan dan siklus nutrient (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karang dan berbagai biota lainnya bersama-sama menciptakan suatu keseimbangan dalam ekosistem terumbu karang. Menjamin keindahan di laut ini tetap terjaga untuk masa yang akan datang. Terutama dengan semakin meningkatnya ancaman terhadap kelestarian ekosistem ini (Purwanti, D.R. 2004).


2.1.1.4      Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual Sensus
Penelitian tentang estimasi kuantitatif ikan-ikan yang di ada lautan khususnya di daerah terumbu karang telah dilakukan selama bertahun-tahun di Great Barrier Reef (GBR) yang sebagian besar menggunakan sensus visual, dan saat ini juga dilakukan di Indonesia. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Australian Institute of Marine Science (AIMS) dan Great Barrier Reef Marine Park Authority (GBRMPA). Metode yang digunakan dalam pengamatan ikan terumbu merupakan metode yang telah mengalami perubahan-perubahan yang dihasilkan selama dua kali workshop tentang penaksiran ikan terumbu dan pemantauan (monitoring) pada tahun 1978 dan 1979. Teknik visual sensus pada waktu itu dilaksanakan dan dikembangkan dengan sangat berhasil dengan diadopsi dari the Long-term Monitoring Program (LTMP)  untuk survey populasi ikan karang (Purwanti, D.R. 2004).
Teknik Sensus Visual untuk mengestimasi populasi ikan terumbu ini menunjukkan hasil yang relatif akurat dan dengan biaya yang efisien. Teknik ini ideal digunakan untuk memantau kelimpahan ikan terumbu sehingga bisa diketahui tingkat komunitas ikan tanpa merusak ekosistem terumbu karang.  Teknik ini juga sudah diadopsi oleh berbagai lembaga atau perguruan tinggi dalam memantau kondisi populasi ikan-ikan di terumbu karang. Misalnya yang diterapkan oleh Fisheries Diving Club Institut Pertanian Bogor (FDC-IPB) dan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) dalam memonitoring kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu (Purwanti, D.R. 2004).
Metode visual sensus dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi dari transek menyinggung (Line intercept transect), dan transek quadrat (quadrat transect). Dengan bentuk pengamatan yang sederhana, metode visual sensus dilakukan oleh observer yang dilengkapi dengan alat SCUBA dan menaksir kelimpahan ikan di area yang telah ditentukan (di dalam jangkauan transek). Namun, kelemahan dari sensus visual adalah adanya kemungkinan perbedaan antara observer satu dengan yang lain dalam perhitungan ikan, yang disebabkan oleh sifat ikan yang dinamis dan kompleksnya habitat yang ditempati. Selain itu, bias dari observer dalam menentukan jenis ikan di dalam air. Oleh karena itu, dalam pengambilan data sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang dapat digunakan sebagai perbandingan, atau menggunakan satu orang pendata dalam satu wilayah pengamatan secara konsisten (Purwanti, D.R. 2004).





Beberapa pertimbangan dan langkah umum dalam survei visual ikan di terumbu karang adalah
1.      Pemilihan rancangan sampling sangat ditentukan oleh lokasi penelitian dan tujuan dari pencatatan data ikan terumbu itu dilakukan. Pemilihan lokasi merupakan faktor yang sangat penting dilakukan sebelum dilakukannya pengamatan karena dapat menentukan dalam pemakaian salah satu metode pendataan ikan, misalnya pendataan dilakukan di rataan terumbu (reef flat), tubiran (reef crest) atau lereng terumbu (reef slope) akan memerlukan penyesuaian metode pada masing-masing daerah tersebut.
2.      Proses pendataan yang melibatkan 2 orang atau lebih yang diperlengkapi dengan 2 set lengkap alat SCUBA, sabak (papan/ kertas untuk tempat menulis dalam air), pensil, data sheet, dan roll meter (50 m atau 100 m).
3.      Proses identifikasi ikan, manajemen data dan analisa data ikan yang disesuaikan dengan tujuan survei penelitian.




BAB 3 MATERI DAN METODE

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Tanggal           : 18 Juni 2012
Waktu             : 08.00 WIB  s/d Selesai
Tempat            : Alang – Alang, Karimunjawa - Indonesia

3.2  Materi
3.2.1        Alat dan Bahan
Nama Alat
Gambar
Kegunaan


Skin Dive
Merupakan alat Bantu yang digunan dalam penyelaman agar dapat dengan mudah mengidentifikasi ikan


Papan Jalan
Sebagai alat bantu untuk menulis di dalam air


Kertas Tahan Air
Sebagai alat untuk menulis di dalam air


Pensil
Sebagai alat bantu untuk menulis di dalam air


Roll Meter
Alat yang digunakan untuk membuat transek


Buku Identifikasi Ikan Karang
Sebagai patokan dalam indentifikasi ikan karang

3.3  Metode
a.       Pengamat pertama memasang transek sepanjang 50 meter dalam posisi lurus dan datar (tidak turun naik mengikuti garis kontur permukaan terumbu karang). Pemasangan garis transek ini dilakukan pada kedalaman 3 meter dan 10 meter dengan masing-masing kedalaman dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
b.      Daerah yang diamati adalah sepanjang garis transek yang panjangnya 50 m dengan lebar masing – masing 5 m di kanan dan kiri transek. Total daerah yang diamati adalah 500 m2 (50 m x 10 m) untuk setiap transek.
c.       Pengamatan dilakukan 15 – 20 menit setelah garis transek terpasang untuk memberikan kesempatan ikan karang kembali ke keadaan semula.
d.      Kegiatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah ikan yang berada di dalam daerah yang diamati (lihat point b). Pencatatan ditulis pada lembar kertas sensus yang telah disediakan.
e.       Ikan yang besar jumlahnya, tetapi pada umumnya berukuran kecil dimasukkan ke major spesies. Untuk jenis ini dilakukan estimasi kelimpahan secara kumulatif yakni dengan menggunakan angka estimasi
f.       Penyelaman pendahuluan sangat dianjurkan agar pengamat dapat menyiapkan daftar jenis ikan karang yang ada di lokasi tersebut. Cara ini dapat menghemat waktu bagi pengamat selama berada di bawah air.



BAB 4 HASIL

4.1.2  Ikan Karang
-        Pendataan Transek II
Titik Kordinat
S : 050 50’ 19,5
E : 110 25’ 07,90
Suhu
30,60C
DO     
4,6 mg/l
Kecerahan
0 – 5 m

No
Nama Ikan
Panjang Transek (m)
0-20
25-45
50-70
75-95
1
Butterfly Fish
IIII
III
IIII
II
2
Sweetlips
-
-
-
IIII
3
Grouper
-
-
-
IIII I
4
Parrot Fish
III
-
IIII II
-
5
Baramudi Cod
-
-
-
-

-          Grafik Pada Pendataan Transek II








 

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1.2 Ikan Karang
            Kondisi dan kemampuan substrat dalam menyediakan makanan serta tempat perlindungan untuk kebutuhan ikan diduga menjadi penentu komposisi jenis. Substrat karang hidup mempunyai komposisi jenis ikan karang yang paling tinggi. Substrat karang hidup  merupakan tempat tinggal merupakan tempat tinggal yang ideal  bagi ikan karang berkaitan erat dengan komplesitas substrat, ketersediaan makanan, arus dan kualitas air, pemaparan terhadap gelombang, ketersediaan tempat berlindung dan dan penutupan terumbu karang. Ikan perenang cepat seperti family Caesionidae lebih banyak ditemukan di lokasi berarus karena family ini memang pemakan plankton yang dibawa oleh arus sehingga ikan ini memiliki kecepatan berenang untuk melawan arus.
            Family Labridae merupakan family yang juga banyak ditemukandi substrat karang hidup. Jenis ikan family Labridae banyak menemukan makanan di substrat karang yang sudah mati yang banyak terdapat zoobenthos. Famili lain yang banyak di temukan di karang hidup yaitu Chaetodontidae. Chaetodontidae merupakan ikan pemakan koralit karang sehingga banyak ditemukan di lokasi karang hidup. Chaetodontidae berada di substrat karang hidup lebih banyak karena makanan dibandingkan dengan tempat perlindungan. Berbeda dengan dengan Pomacentridae yang masih bergantung pada terumbu karang sebagai tempat berlindung.
            Ikan karang dalam  family Pomacentridae yang secara umum berukuran kecil hidup dalam teoriti sangat bergantung pada substrat yang ada. Ikan bertipe herbivora juga beberapa kali di temukan seperti family Siganidae dimana ikan ini banyak  ditemukan di lokasi karang yang telah mati dan banyak ditumbuhi algae.
Dari pendataan yang dilakukan di perairan Alang-Alang Karimunjawa,  presentasi jumlah ikan karang yang paling banyak melintas di perairan tersebut adalah ikan jenis Butterfly fish baik itu pada pendataan ikan pertama maupun pendataan ikan kedua. Sedangkan jenis ikan yang jumlahnya hamper tidak ada melintas di daerah tersebut adalah ikan jenis Barramundi Cod. Ikan jenis Butterfly fish banyak ditemukan di perairan tersebut itu dikarenakan adanya faktor komplesitas substrat, ketersediaan makanan, arus dan kualitas air, pemaparan terhadap gelombang, ketersediaan tempat berlindung dan dan penutupan terumbu karang, khususnya ikan – ikan yang hidup di daerah karang.
Pendataam ikan karang yang ada di perairan Alan tidak hanya menghasilkan jenis ikan karang terapi juga dilakukan untuk menghitung kelimpahan ikan karang. Kelimpahan ikan karang dihitung untuk mengetahui seberapa banyak ikan karang yang terdapat dalam lokasi penelitian..Selain itu kondisi pemaparan terhadap gelombang, dapat mendukung tempat berlindungnya ikan-ikan karang dari gelombang yang datang, sehingga kemampuan ikan untuk bertahan di daerah peraitan tersebut semakin meningkat. Dengan demikian faktor lingkungan yang telah disebutkan tadi dapat disimpulkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan ataupun kelimpahan ikan karang yang ada di perairan Alang-Alang Karimunjawa.



BAB 6 KESIMPULAN

-          Jumlah ikan yang berhasil ditemukan dan diidentifikasi di perairan Alang – alang karimunjawa sebanyak 36 Jenis dari 4 Family
-          Family dengan anggota terbanyak ditemukan pada family Butterfly Fish (Ikan Indikator), dan Ikan Baramudi cod tidak ditemukan di perairan tersebut
 

DAFTAR PUSTAKA

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pengantar Ekologis. Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, D.G. Bengen, H. Malikusworo dan Sukristijono. PT. Gramedia. Jakarta.
Purwanti, D.R. 2004. Dinamika Struktur Komunitas Ikan Karang Pada Pagi, Siang dan Sore Hari di Perairan Pulau Payung Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.
http://www.goblue.or.id/mengenal-komunitas-ikan-karang-1 (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012 pkl 20:52 WIB)
http://soegijono-dikhutan.blogspot.com/2007/11/bahan-ajar-ikan-karang.html (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012 pkl 20:52 WIB)
http://netsains.net/2010/03/yuk-menghitung-ikan-di-laut/ (Diakses pada tanggal 02 Juli 2012 pkl 20:44 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar